Oleh: Farchan Jaohari Tantowi
Seorang santri bertanya kepada gurunya, " Guru saya tiap malam mendengar bahwa Guru mendoakan kebaikan kepada orang-orang tertentu, padahal mereka sangat benci dan memusuhi, tukang menyebarkan fitnah terhadap guru, mengapa tidak didoakan celaka dan hancur saja, agar tidak memusuhi guru."
Sang Guru Menjawab, " Anakku janganlah kebencian dibalas dengan kebencian, kejahatan dengan kejahatan, kedengkian dengan kedengkian. Melainkan balaslah setiap kejelekan dari orang yang memusuhimu dengan kebaikan.
Seorang mukmin hatinya harus seperti samudera, setiap kotoran dari apapun yang dibuang ke laut, maka tidak akan pernah membuat air laut menjadi kotor dan jelek. Semua kotoran itu dihalau oleh ombak menuju ketepian pantai.
Begitu juga hati setiap orang yang sudah bercahaya laksana samudera, maka setiap ada kotoran dari luar yang mau mencemari hati akan minggir sendiri karena imannya sudah kokoh tidak mudah goyang dan mudah kacau ketika mendapatkan ujian dan masalah. Karena cahaya hatinya telah memberikan petunjuk dan bimbingan dari kegelapan.
Untuk itu setiap kita disakiti, dimusuhi dan di caci dan difitnah orang maka jangan dibalas dengan kejahatan juga, maka lawanlah dengan cara mendoakan kebaikan kepada mereka. Sehingga hati dan jiwa kita tidak menjadi tercemari dan hitam. Melainkan semakin bercahaya dan tercerahkan."
" Tapi bagaimana jika kita sudah mendoakan mereka, tetapi mereka tetap begitu sifat dan perbuatannya kepada kita...?" Tanya santri kembali.
Sang Guru menjawab, " Ketika kita mendoakan kebaikan kepada orang yang dengki dan benci kepada kita, jika dikabulkan maka orang itu akan menjadi baik kepada kita dan hatinya juga semakin bercahaya.
Akan tetapi jika mereka tetap tidak merubah kelakuannya dan tetap berbuat jelek seperti itu, maka semua enerji kebencian, kedengkian, fitnah akan kembali kepada dirinya dan menghancurkan dirinya, baik harta atau fisiknya sehingga usahanya berantakan dan sering sakit-sakitan.
Anakku ingatlah hukum sebab akibat itu ada, itulah hukum karma yang dinamakan sunnatullah, itulah keadilan ilahi."
" Guru, bagaimana agar hatiku menjadi lembut dan bercahaya ...?" Tanya murid kepada gurunya.
Sang Guru menjawab, " Jagalah hatimu jangan sampai dikotori, ikutilah petunjuk Sejatidirimu yang berasal dari hati nuranimu jangan mengikuti hawa nafsu. Kudoakan semoga hatimu bercahaya."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar