Minggu, 08 Desember 2019

NAFSU AMMARAH: SYETAN DI DALAM DIRI.


NAFSU AMMARAH: SYETAN DI DALAM DIRI.


Oleh: Farchan Jaohari Tantowi

Sebagaimana diketahui bahwa manusia itu adalah miniaturnya alam semesta, jika Alam Semesta disebut dengan Alam Kabir ( Alam Besar ) maka dalam diri manusia itu ada Alam Shogir ( Alam Kecil ). Apa yang ada di Alam Kabir, maka juga ada di Alam Shogir.

Begitu juga jika di alam raya ada Syetan dan Malaikat, maka di dalam diri manusia juga sama terdapat  Syetan dan Malaikat. Syetan dalam diri manusia itu disimbolkan Hawa Nafsu,  sedangkan Hati Nurani adalah simbol Malaikat di dalam diri. Keduanya bersaing untuk mempengaruhi diri. Yang Hawa Nafsu menyeru dan mengajak kepada perbuatan maksiat dan dosa, sedangkan Hati Nurani selalu mengajak kepada perbuatan yang baik.

Dalam sebuah riwayat  dijelaskan

ما منكم من أحد إلا وله شيطان

“Tidaklah salah seorang kalian melainkan baginya ada/didampingi seorang syaithon”.[ HR. Ibnu Hibban ]

Dalam riwayat lain disebutkan:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ وَقَرِينُهُ مِنْ الْمَلَائِكَةِ

“Tidaklah salah seorang kalian melainkan baginya ada/didampingi seorang qorin dari kalangan jin dan dari kalangan malaikat.”[ Imam Ahmad ].

Dalam setiap diri manusia ada yang mendampingi yang disebut dengan Qorin. Qarīn (Arab: قرين, Qarīn) adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada malaikat dan jin (golongan setan) yang mendampingi setiap manusia. Istilah ini digunakan di dalam Al-Qur'an dan dikatakan bahwa qarin itu mengikuti manusia sejak lahir hingga mengalami ajalnya.

Dari semenjak manusia dilahirkan hawa nafsu sudah bersama mendampingi manusia sampai ajal kematian. Hawanafsu itu bisa mewujudkan diri yaitu menjadi Nafsu Ammarah yaitu jiwa yang cenderung berbuat dosa dan anarkis. Wujudnya seperti kita tapi lebih jelek dan sangar dari kita.

Nafsu Ammarah itu simbol warnanya adalah merah, dia sangat pandai sekali mengelabui dan menipu manusia. Dia juga mengerti dalil agama, dengan iming-iming dan rayuan mautnya manusia digiring untuk memenuhi hawa nafsunya.

Dalam tradisi Jawa Nafsu Ammarah itu termasuk salah satu saudara empat yang selalu menyertai dalam diri manusia yang cenderung angkara murka dan termasuk "Sedulur Papat Kelimo Pancer" ( Empat Saudara dan Kelima Tengah) yang dalam diri manusia.

Nafsu Ammarah jika tidak ditundukkan dan dikalahkan maka akan mengganggu perjalan ruhani. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Nafsu amarah merupakan teman buruk yang membuka aib seseorang. Ia mendekatkannya pada kejahatan dan mencerabutnya dari kebajikan.”[ Mustdrak Wasail]

Jika kita istiqomah pembersihan jiwa dengan dzikir maka suatu saat akan bisa melihat wujud Nafsu Ammarah. Itulah Syetan dalam diri setiap manusia yang harus ditundukkan dan dikalahkan. Dulu ketika saya mengalahkan dan menundukkan Nafsu Ammarah disimbolkan keluar seperto angin lewat pusar.

Beda dengan pengalaman teman saya yang ketemu dengan wujudnya sendiri  wajahnya sangat jelek, ketika  dzikir terus dia menghilang sambil tertawa seperti Syetan. Jadi Nafsu Ammarah itu termasuk bagian dari tujuh tahapan jiwa, makanya bisa dilihat dan memunculkan diri, sebagai simbol jiwa kita yang suka berbuat dosa.

Dari Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhuma Rasulullah Saw. berkata:

« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ ». قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ ».

“Tidak seorangpun dari kalian melainkan padanya telah didampingi oleh qorinnya dari kalangan jin”. Para sahabat bertanya, “Hal itu juga ada berlaku padamu wahai Rosulullah?” Beliau menjawab, “Ya, demikian juga padaku akan tetapi sesungguhnya Allah telah menolongku atasnya sehingga qorin tersebut telah aslam maka dia tidaklah mengajakku melainkan kepada kebaikan”[ HR. Muslim ].

Mustahil ada Syetan dan Jin yang bisa mengikuti dan masuk di dalam tubuh Nabi Saw. Jadi maksud Qorin dalam diri Nabi Saw. telah  Aslam artinya telah pasrah dan tunduk. Karena Nabi Saw. menundukkan dan mengalahkan hawa nafsunya dengan disiplin ruhani yang sangat ketat

Bagaimana caranya Nabi Saw. menundukkan Qorinnya...?

Nabi Muhammad Saw. dari usia muda sering menyendiri di gua Hiro, Beliau uzlah atau menyendiri dengan riyadoh melatih jiwa, langsung dibimbing oleh Allah  dalam mujahadah perang mengalahkan hawa nafsunya dan membersihkan jiwanya. Bahkan dalam sebuah riwayat beliau beberapa kali dioperasi dadanya untuk dibersihkan hatinya.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menggembalakan kambing milik keluarga Halimah binti Abi Dzuaib dari Kabilah as Sa’diyah, tiba-tiba beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi dua malaikat, lalu keduanya membelah dada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengeluarkan bagian yang kotor dari hatinya.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu diceritakan :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لَأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ يَعْنِي ظِئْرَهُ فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقِعُ اللَّوْنِ
قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرْئِي أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi Malaikat Jibril ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bermain dengan beberapa anak. Jibril kemudian menangkapnya, menelentangkannya, lalu Jibril membelah dada. Jibril mengeluarkan hatinya, dan mengeluarkan dari hati beliau segumpal darah beku sambil mengatakan “Ini adalah bagian setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai ibunya (maksudnya orang yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka bersama-bersama menjumpainya, sedangkan dia dalam keadaan berubah rona kulitnya (pucat). Anas mengatakan: “Saya pernah diperlihatkan bekas jahitan di dadanya”. [ HR. Muslim ]

Kisah Pembelahan dada Nabi Saw. di atas tidak bisa difahami dengan tekstual, melainkan harus difahami secara maknawi, yaitu proses pembersihan jiwa dari segala kotoran dan hawa nafsu. Hal ini dikuatkan dengan riwayat lain yaitu ketika beliau juga dioperasi dadanya saat malam Mi’raj. Ketika itu Jibril mendatangi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu membelas dada beliau dan mencucinya dengan air zam-zam. (HR. Bukhari - Muslim)

Jadi jika difahami secara utuh, sebelum Nabi Saw. berangkat Isra' Mi'roj Hatinya dibersihkan dahulu dari pengaruh hawa nafsu. Begitu juga kita sebagai ummatnya dalam melakukan perjalanan Miroj ruhani, maka jiwa kita harus dibersihkan dari pengaruh hawa nafsu dan sifat-sifat tercela. Karena hanya hati orang yang sudah bersih yang bisa mencapai makrifat dan merasakan Miroj Ruhani.

Jika Nafsu Ammarah sebagai Syetan di dalam diri tidak  dikalahkan dan ditundukkan maka perangai kita akan cenderung berbuat dosa dan maksiat. Jika sudah demikian maka Syetan dan Jin dari luar dengan mudah ikut dan menjadi Qorin yaitu menjadi teman pendamping. Akhirnya doubel teman pendampingnya ada yang dari Nafsu Ammarah dan juga dari Jin.  Belum lagi ditambah dengan khodam yaitu Jin yang fungsinya sebagai pembantu sengaja dipanggil dan dimasukkan ke tubuh seseorang, maka akan semakin komplit dan lengkap.

"Seandainya bukan karena setan menyelimuti jiwa anak cucu Adam, niscaya mereka menyaksikan malaikat di langit.” (HR. Ahmad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar