Oleh: Farchan Jaohari Tantowi
Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengisahkan: Pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian“.
Selanjutnya beliau bersabda: “Aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku“.
Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan, sehingga mereka bertanya: “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab :
أَنْتُمْ أَصْحَابِي وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah ummatku yang akan datang kelak“.
Kembali para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali ummatmu yang sampai saat ini belum terlahir?“. Beliau menjawab:
أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ
“Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”
Para sahabat menjawab : “Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya“. Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda:
فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنَ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ
“Sejatinya ummatku pada hari qiyamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia“.
Aku akan menanti ummatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari ummatku yang diusir oleh Malaikat, sebagaimana seekor onta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga iapun diusir. Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudlu, maka aku memanggil mereka: “kemarilah“. Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata:
فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ
“Sesungguhnya mereka sepeninggalmu telah mengganti ajaranmu“.
Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata :
سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي
“Menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang mengganti ajaranku sepeninggalku” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim)
Zaman sekarang ini banyak yang mengaku ummat dan mencintai Rasulullah Saw. tapi sayangnya prilakunya tidak mengikuti yang dicintainya.
Banyak orang yang mengaku mencintai Nabi saw, tapi perbuatannya tidak mengikuti Beliau justru mengikuti prilaku Abu Jahal dan Abu Lahab.
Banyak orang yang mengaku dan mengklaim mengikuti dan pembela Sunnah Nabi Saw., tetapi dalam perbuatan sehari-harinya justru merusak dan bertentangan dengan Sunnah Nabi Saw.
Banyak orang yang mengaku mencintai Nabi Saw., tetapi perbuatannya suka memaki orang lain, menebar kebencian, ucapannya penuh dengan kemarahan dan kedengkian, jauh dari akhlak Nabi Saw.
Lalu apakah layak kita dianggap sebagai ummat dan pengikut Nabi Saw. ...?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar