Minggu, 08 Desember 2019

Kisah Kehidupan dari Narinder Kumar


(Artikel ini saya dapat dari teman. Saya tidak tahu apakah kisah Narinder Kumar ini benar atau hanya karangan. Saya bagikan di laman FB karena artikel ini berisi informasi penting untuk kita ketahui)

Narinder Kumar adalah seorang anak lelaki yang sangat cerdas. Dia selalu mendapat nilai 100 % dalam Sains. Ia dipilih untuk IIT Madras dan mendapat skor yang sangat baik. Ia melanjutkan ke University of California untuk kuliah MBA.

Kemudian ia bekerja di Amerika dengan gaji yang tinggi dan menetap di sana. Ia menikah degan Ggdis Tamil yang cantik dan membeli rumah besar dengan 5 kamar dan mobil mewah. Dia telah memiliki segalanya berkat kesuksesannya tersebut.

Beberapa tahun kemudian ternyata dia bunuh diri setelah menembak isteri dan anak-anaknya. Jadi, apa yang salah dengan dia ?

Institut Psikologi Klinis California memelajari kasusnya dan menemukan "apa yang salah" dalam kasus tersebut. Peneliti bertemu dengan teman-teman maupun keluarganya dan menemukan bahwa dia kehilangan pekerjaan karena krisis ekonomi Amerika, sehingga dia harus menganggur untuk waktu yang lama.

Bahkan setelah mengurangi jumlah gaji sebelumnya, dia tidak mendapatkan pekerjaan apa pun. Kemudian angsuran rumahnya tidak lagi terbayar dan dia beserta keluarganya kehilangan rumahnya.

Dia dan keluarganya bertahan beberapa bulan degan uang yang tinggal sedikit dan kemudian dia dan isterinya bersama-sama memutuskan untuk bunuh diri. Pertama-tama dia menembak isteri dan anak-anaknya, lalu menembak dirinya sendiri.

Kasus tersebut menyimpulkan bahwa pria yang sangat cerdas itu telah diprogram oleh orang-tua dan lingkungan pendidikannya untuk mencapai kesuksesan, tetapi dia tidak dilatih untuk menangani kegagalan.

Survei yang dilakukan oleh psikiater RS Hasan Sadikin Bandung dr. Teddy Hidayat Sp. KJ (K)., menunjukkan bahwa 30,5%  mahasiswa di Bandung mengalami depresi, 20% berpikir untuk bunuh diri, serta 6% lagi sudah melakukan percobaan bunuh diri.

Jika hasil survei tersebut bisa dianggap valid, kenyataan tersebut sungguh memprihatinkan, sekaligus mengkhawatirkan! Di balik gemerlapnya materi kehidupan kota besar, ternyata terdapat aspek kejiwaan yang selama ini mungkin telah terabaikan.

Begitu banyak orang-tua dan institusi pendidikan hanya mengajarkan anak untuk menjadi orang yang sukses, tetapi tidak mempersiapkan mereka cara menangani kegagalan dan mengajarkan kepada anak-anak  pelajaran yang benar tentang realita kehidupan.

Bahkan ada orang-tua yang tidak menginginkan anaknya terlibat dalam kesulitan / masalah, sehingga selalu difasiltasi dan dibantu agar bisa terhindar dari kegagalan atau penderitaan. Padahal realita kehidupan tidak selalu diwarnai dengan "tawa", namun juga "tangis". Selagi orang-tua masih mampu membantu, mungkin hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi apakah orang-tua akan selamanya bisa mendampingi dan membantu anaknya?

Orang-tua yang bijak akan mengajarkan pengetahuan tentang kehidupan sesuai dengan realita yang ada. Di samping  knowledge & skill sesuai dengan passion dan tahapan usia mereka, lebih dari itu anak-anak sangat memerlukan pendidikan attitude pada usia emasnya (3 - 13 tahun ) agar dapat terbentuk karakter positif untuk bekal hidupnya di kemudian hari.

Selain memelajari hardskill, anak-anak juga harus diperkenalkan pada keberadaan Sang Mahapencipta dan Mahakuasa atas kehidupan ini dengan sifat utamanya Yang Maha pengasih penyayang Sejak dini. Anak-anak perlu dilatih untuk terbiasa menangani frustasi, berpikir terbuka, mampu bertahan menghadapi masalah / tantangan, mandiri, kreatif, dan banyak hal lain yang berkaitan dengan softskill.

Jika itu semua telah dilakukan, maka ketika beranjak dewasa, semoga dia mampu menyikapi dengan tepat jika terjadi "krisis" dan menangani kegagalan yang menimpanya, sehingga tidak sampai berujung pada keputusasaan yang berakibat fatal.

Semoga kita semua bisa melewati semua ujian kehidupan, lulus dan bisa memetik banyak hikmah dari semua kejadian. Mudah-mudahan bisa di ambil ibrahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar