Minggu, 08 Desember 2019

PENGARUH EKONOMI TERHADAP PENDIDIKAN DAN PERAN PENDIDIKAN MEMBANGUN EKONOMI




PENGARUH EKONOMI TERHADAP PENDIDIKAN DAN
PERAN PENDIDIKAN MEMBANGUN EKONOMI

Oleh: Farchan Jaohari Tantowi
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN Pekalongan
Email: farchanjaoharitantowi@gmail.com

Abstrak

Pendidikan dan ekonomi merupakan dua sisi yang saling berkaitan. Untuk membangun pendidikan yang bermutu diperlukan perekonomian yang kuat. Sementara untuk membuat perekonomian yang kuat diperlukan orang-orang terdidik. Orang tua dengan status ekonomi lebih baik cenderung memberikan pendidikan yang berkualitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan melaksanakan pendidikan adalah komitmen pemerintah untuk menganggarkan pembiayaan pendidikan sebesar minimal 20% dari APBN/APBD. Untuk membangun ekonomi tidak hanya membangun sektor ekonomi semata tetapi juga sektor sosial dalam moral agar jangan terjadi monopoli. Investasi human capital dalam bentuk pendidikan akan lebih menguntungkan dibandingkan investasi fisik. Pendidikan yang baik akan mampu menghasilkan orang-orang yang mampu menggerakkan ekonomi dengan lebih baik.

Kata Kunci : Pengaruh, Ekonomi, Membangun, Pendidikan

PENDAHULUAN

Pendidikan dan perekonomian merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki keterkaitan dan saling ketergantungan. Untuk membangun pendidikan yang baik dibutuhkan perekonomian yang sehat dan perekonomian yang sehat akan mudah dicapai melalui orang-orang yang terdidik.

Pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat. Untuk mewujudkan pendidikan seperti disebutkan di atas tentunya membutuhkan sarana dan komponen lain yang memadai. Upaya pemenuhan kebutuhan terhadap seluruh komponen pendidikan tentu saja membutuhkan pembiayaan. Pembiayaan yang cukup akan di dapatkan dari sistem perekonomian yang stabil dan sehat.

Sistem perekonomian adalah system yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa perekonomian merupakan suatu bentuk system yang berfungsi untuk mengatur serta menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi dilakukan melalui hubungan antar manusia dan kelembagaan. Karena ekonomi merupakan sebuah sistem tentunya untuk menggerakkan sistem tersebut dibutuhkan tenaga terampil yang bisa dihasilkan dari kegiatan pendidikan yang bermutu.

Sekarang ini terlihat bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Berdasarkan Organisasi for Economic Cooperation and Development (OECD) dengan indicator membaca, matematika dan ilmu pengetahuan saat ini peringkat pendidikan Indonesia baru rangking 57 dari 65 negara. Berdasarkan peringkat sekolah global, Indonesia berada pada posisi 69 dari 76 negara. Peringkat ini menandakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia mesti ditingkatkan. Segala upaya harus dilakukan oleh pemerintah dan semua pihak terkait agar pendidikan Indonesia bisa berada pada posisi yang lebih baik lagi.

Begitu juga di sektor perekonomian, Indonesia masih dikategorikan negara dengan ekonomi berkembang. Berdasarkan laporan dari Wold Economic Forum (WEF) di Davos Switzerland, terdapat 60 peringkat negara terbaik di dunia. Peringkat ini disusun berdasarkan penilaian dari beberapa kategori yang berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Indonesia berada pada peingkat 42. Ketimpangan kekayaan antara orang kaya dan miskin di Indonesia termasuk paling buruk di dunia. Berdasarkan survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse. 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49,3 persen kekayaan nasional. Indonesia berada pada peringkat 4 ketimpangan ekonomi. Kondisi ini hanya lebih baik disbanding Rusia, India, dan Thailand. Indonesia berada pada peringkat 4 tertinggi inflasi di antara negara G20.

Berdasarkan data-data di atas tentunya dapat dipahami bahwa baik dari sisi pendidikan maupun perekonomian Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain di dunia. Untuk membangun pendidikan dibutuhkan ekonomi yang kuat, sementara untuk membangun ekonomi dibutuhkan tenaga dari hasil pendidikan yang baik. Oleh karena itu perlu usaha yang komprehensif dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk sama-sama membangun pendidikan dan perekonomiannya. Jurnal ilmiah ini disusun untuk memberikan informasi tentang pendidikan dan pembangunan perekonomian.

KAJIAN TEORI

Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan perekonomian dan sumber daya manusia, yaitu :

Teori klasik Adam Smith (1729-1790) yang menyebutkan manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Pendapat Adam Smith ini menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia. Sebagai modal, manusia merupakan model yang sangat berharga dibandingkan dengan modal lain. Dengan modal manusia , para pesaing akan kesulitan mencontoh yang telah dilakukan dibandingkan dengan menginvestasikan modal bentuk lain.
Teori J.B Say (1767-1832) mengemukakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaan sendiri (supply creates its own demand) sehingga terjadi keseimbangan. Kebutuhan barang selalu berkaitan dengan permintaan. Ketika permintaan banyak, maka harga bisa menjadi tinggi. Untuk menciptakan pertumbuhan seperti itu dibutuhkan sumber daya manusia yang terdidik maupun terlatih.
Teori Malthus (1766-1834) menyebutkan manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kreatifitas manusia pada dasarnya tidak memiliki batasan. Ketika manusia mampu melakukan atau menciptakan sesuatu maka mereka akan terus berpikir untuk melakukan medernisasi atau perubahan dari yang mereka telah temukan itu.
Teori Keynes (1883-1946) menyebutkan tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustement) otomatis yang menjamin perekonomian akan mencapai keseimbangan (equilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh.
Teori Harrod-Dornar (1946) investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi.
Teori Coale Hoover menyebutkan bahwa perubahan penduduk baru terasa pada penduduk sebagai input proses produksi setelah kurun waktu 30 tahun.
Teori Ester Boserup (1965) pertumbuhan penduduk menyebabkan dipakainya system pertanian yang lebih intensif di suatu masyarakat primitive dan meningkatnya output di sektor pertanian. Teori terlihat begitu besarnya pengaruh pendidikan dalam kemajuan sektor ekonomi. Pertumbuhan penduduk tidak hanya dari segi jumlah tetapi dari segi kualitas dan kemampuan.
Teori Rational Expectation (1970-1980) menyebutkan masyarakat tidak bodoh dan orang senantiasa berusaha mengejar kepentingan mereka sendiri, dengan menggunakan semua informasi yang mereka punyai untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dan perkiraan itulah yang melandasi semua tingkah lakunya.

Berdasarkan gambaran di atas diketahui bahwa perekonomian sangat mempengaruhi pendidikan. Masyarakat yang tingkat perekonomian baik akan memberikan pendidikan yang lebih berkualitas. Begitu juga pada sebuah negara, negara dengan perekonomian yang maju akan lebih mudah melakukan dan memajukan pendidikan. Sekarang ini Finlandia dan Swedia dikenal dengan negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik. Apabila kita melihat perekonomian dua negara itu, kita juga akan mengetahui bahwa negara itu juga termasuk negara yang maju perekonomiannya.

Beberapa teori yang mengemukakan hubungan antara berbagi faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi antara lain teori Schumpeter, teori Solow-Swan, teori Pertumbuhan Endogen. Teori Schumpeter menekankan pentingnya perana pengusaha dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori Solow-Swan mengemukakan bahwa dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain faktor tenaga kerja. Teori pertumbuhan endogen menyajikan kerangka teoretis yang lebih luas dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dari dalam sistem ekonomi, salah satunya kemajuan teknologi.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Ekonomi Terhadap Pendidikan

Ekonomi pada dasarnya memberikan pengaruh terhadap pendidikan.
Masyarakat yang memiliki kekuatan ekonomi tentunya lebih mampu memberikan pendidikan yang berkualitas dibandingkan masyarakat yang kekurangan.
Prathama dan Mandala dalam Puput menegaskan bahwa tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, maka di dalam suatu negara tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas dan distribusi pendapatan.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Era pemerintahan Joko Widodo yang terbaru salah satunya tentang tax amnesty.
Upaya tax amnesty diharapkan akan dapat meningkatkan penerimaan negara yang berimplikasi terhadap tumbuhnya perekonomian. Menurut Boediono dalam Devi pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto atau pendapatan nasional rill.

 Dalam kaitannya dengan pendidikan, orang tua yang memiliki status perekonomian tinggi lebih cenderung memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Status sosial ekonomi menurut Maftuh dan Ruyadi adalah status seseorang dalam masyarakat dilihat dari segi pendapatan, kekayaan dan jabatan. Sementara itu, Koentjaraningrat dalam Khalinda dkk mengemukakan bahwa status sosial ekonomi seseorang adalah keadaan yang mencerminkan kedudukan seseorang dalam masyarakt yang dilihat dari tiga faktor, yaitu pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

 Pendidikan merupakan bagian terpenting dari proses pembangunan nasional, selain itu pendidikan juga merupakan penentu ekonomi dari suatu negara. Para ekonom juga sependapat bahwa sumber daya manusia (human resources) dari suatu bangsa bukan terbentuk modal fisik atupun terbentuk material, melainkan merupakan faktor yang akan menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa. Pada keluarga, faktor sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam melakukan investasi pendidikan anak.

Tidak mengherankan beberapa negara di dunia dengan cepat menanggapi tentang pentingnya investasi manusia sebagai prioritas utama investasi non fisik. Menurut ekonom klasik seperti Theodore Schultz, Hervey Leiben Stein dan Garry S Backer (1968) yang mengembangkan analisis mereka, menganggap pendidikan sebagai bagian dari inverstasi yang akan memberikan keuntungan (return) di masa yang akan datang.

Hasil penelitian Sunarti menyebutkan bahwa status sosial ekonomi orang tua berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri Kabila yang dibuktikan dengan nilai r sebesar = 0.715. hasil penelitian di atas berimplikasi bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi akan semakin baik hasil belajar seorang anak. Orang tua dengan status sosial ekonomi yang baik akan dapat memberikan fasilitas yang lebih baik bagi anak-anak mereka dalam pendidikan. Anak-anak dapat fokus belajar tanpa perlu ikut serta menolong perekonomian keluarga.

Dalam kaitannya dengan melanjutkan pendidikan, juga diketahui bahwa latar belakang sosial ekonomi mempengaruhi minat melanjutkan pendidikan. Hasil penelitian Khalinda Kusuma dkk menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pengaruh latar belakang sosial ekonomi terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada siswa kelas XII di SMA Negeri 4 Jember T.A 2013/2014. Penelitian ini berarti bahwa siswa dengan latar belakang sosial ekonomi akan akan memiliki motivasi yang lebih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Biaya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia sangat tinggi. Untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dibutuhkan pembiayaan yang banyak. Pendidikan gratis yang disemboyankan para pemimpin baru sebatas pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu, perlu dana yang besar agar seluruh masyarakat bisa berpendidikan tinggi dengan gratis.

Pendidikan gratis di sekolah dasar dan menengah juga terbatas pada sekolah-sekolah negeri saja. Jumlah sekolah negeri diketahui belum mampu menampung seluruh anak usia sekolah. Sekolah negeri juga tidak ada aturan untuk menampung anak-anak dari golongan ekonomi yang kurang mampu. Berdasarkan kenyataan di atas dapat dirasakan bahwa pendidikan itu pada dasarnya masih mahal, baik pendidikan dasar apalagi pendidikan tinggi.

Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai baik terhadap investasi pendidikan relative lebih tinggi dari pada investasi modal fisik. Sementara itu di negara-negara maju nilai baik investasi pendidikan lebih rendah disbanding investasi modal fisik. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan niali baik terhadap pendidikan juga tinggi.

Apabila dikaitkan dengan kualitas pendidikan tentunya pendidikan gratis yang dewasa ini di dengungkan pemerintah juga harus dipertanyakan. Pendidikan gratis yang ditawarkan kadang terlihat jauh dari kualitas yang baik. Beberapa sekolah yang dulunya memiliki kualitas baik dengan aturan yang tidak memperbolehkan pemungutan uang dari orang tua menjadikan sekolah yang dulunya berkualitas menjadi menurun kualitasnya.

Oleh karena itu, untuk membangun pendidikan yang baik sangat dibutuhkan perekonomian yang stabil. Pertumbuhan ekonomi mesti selalu menjadi prioritas agar negara bisa menjamin pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Upaya pemerintah dalam menganggarkan 20% anggaran negara untuk sektor pendidikan juga harus diapresiasi, walaupun secara jumlah akan selalu fluktuatif tergantung besarnya APBN.

Begitu juga amanat bagi pemerintah daerah dengan otonomi daerah agar 20% APBD diperuntukkan bagi pendidikan juga perlu terus di dukung dan di maksimalkan. Walaupun untuk daerah tingkat I masih DKI Jakarta yang mampu mengalokasikan 20% untuk pendidikan, tetapi dari segi kebijakan rasanya ini sebuah kemajuan. Memang untuk membangun pendidikan berkualitas dibutuhkan biaya yang cukup besar. 

2. Peran Pendidikan dalam Membangun Ekonomi

Dalam membangun ekonomi diperlukan orang-orang terdidik. Perkembangan di bidang ekonomi tentunya tidak akan bisa dilepaskan dari kegiatan-kegiatan pendidikan termasuk penelitian. Semakin tinggi derajat pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula derajat kehidupan ekonominya. Sementara itu semakin tinggi derajat ekonomi seseorang akan berpotensi lebih besar meningkatkan pendidikannya.

Dalam suatu Negara, sistem perekonomian merupakan sebuah sistem dari supra sistem kenegaraan. Sebagai sistem dari sebuah supra sistem tentunya perekonomian dipengaruhi oleh sistem lain seperti politik, sosial, budaya dan pendidikan.untuk memperbaiki sistem perekonomian maka sistem lainnya selain perekonomian juga mesti diperbaiki. Berpikir sebagai sistem menjadikan kita tidak boleh memandang satu subsistem lebih penting dibandingkan subsistem lainnya.

Pendidikan yang merupakan satu komponen dalam bernegara berkontribusi terhadap perekonomian. Memperbaiki pendidikan pada dasarnya telah memperbaiki sebagian dari perekonomian. Belum lagi sebagian masyarakat melaksanakan roda perekonomiannya dari sektor pendidikan, seperti memiliki sekolah swasta, membuka kantin di sekolah ataupun menyediakan peralatan sekolah. Tentunya perbaikan pendidikan akan berdampak pada perekonomian.

Pendidikan diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Meningkatkan rata-rata pendidikan anggota masyarakat yang berarti bertambahnya jumlah konsumen potensial yang bersedia dan mampu mengkonsumsi produk-produk sophisticated (mutakhir). Produk-produk terbaru merupakan salah satu penggerak roda perekonomian. Belum lagi masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat konsumtif yang tinggi. Hal ini tentu saja menyebabkan masyarakat terdidik perlu untuk menjadi demand dari produk-produk tersebut.

Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu Negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.

Pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif.

Apabila dikaitkan dengan pasar tenaga kerja maka peran pendidikan akan sangat terlihat sekali. Kemajuan teknologi dan pengetahuan menjadikan perusahaan atau dunia usaha membutuhkan tenaga kerja terdidik. Tenaga kerja terdidik akan mampu memberikan kontribusi lebih dibandingkan tenaga kerja tak terdidik. Oleh sebab itu, perencana pendidikan harus menyusun sistem pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja terdidik.

Dalam perspektif Islam, pembangunan ekonomi menurut Khursyid dalam Asmuni tidak hanya terbatas pada variabel ekonomi tetapi juga moral dan sosial. Kemampuan bidang ekonomi semata tanpa diikuti moral dan sosial yang tinggi dapat menimbulkan monopoli ekonomi dan kesenjangan ekonomi yang runcing. Pada pengusaha besar akan bisa berbuat semena mena terhadap pengusaha kecil jika tidak memiliki nilai moral dan sosial yang tinggi.

Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup.

Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-moneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya.

Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak oeang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu Negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.

Pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari keadilan distribusi pendapatan dan kekayaan bagi setiap individu pada seluruh generasi. Keadilan distribusi dan kemampuan berbagi dari golongan mampu kepada golongan kurang mampu akan menyebabkan keharmonisan. Nilai-nilai moral dan sosial itu harus mampu ditanamkan dalam kegiatan pendidikan.

Apabila kita berkaca pada Amerika, penelitian Dale Jorgensen (1987) dalam Nurtanio menyebutkan bahwa 46% pertumbuhan ekonomi Amerika disebabkan oleh pembentukan modal (capital formation). 31% disebabkan oleh pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24% disebabkan oleh kemajuan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui bahwa majunya perekonomian banyak ditentukan oleh manusia. Pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia jelas merupakan dua aspek yang erat dengan pribadi manusia. Sementara kemajuan teknologi pada dasarnya juga merupakan buah karya dan kreatifitas manusia. Jadi, setidaknya 55% pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh faktor manusia.

Melihat peran pendidikan dalam ekonomi cukup besar, maka perlu kiranya pemerintah memberikan perhatian terhadap modal manusia atau human capital. Dalam kaitannya dengan modal manusia, terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan kualitas sumber daya manusia menurut Nurtanio, yaitu: a). Aspek kesehatan; b). Aspek pendidikan; c). Aspek ekonomi; d). Aspek aktualisasi diri; dan e). Aspek kehidupan sosial. Apabila dikaitkan dengan pendapatan setelah bekerja, diketahui tenaga kerja dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung mendapatkan upah yang lebih tinggi. Becker, Denison dan Schultz dalam Nurtanio mengemukakan bahwa manusia dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang baik dibanding yang pendidikannya lebih rendah.

Investasi pendidikan memberikan niali baik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik dibidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.

Ikutnya dana publik (social cost) ke dalam pembiayaan pendidikan menjadikan keuntungan sosial (social benefit) layak dipertimbangkan sebagai tolak ukur efektivitas investasi modal manusia. Dengan kata lain, subsidi pendidikan kepada seorang siswa (mahasiswa) semestinya bernilai secara efektif untuk masyarakat. Selain manfaat sosial, pendidikan juga memberi manfaat individu (private benefit) melalui pendapatan atau akses kepada pekerjaan yang layak. Dalam ekonomi pendidikan, kedua manfaat itu selalu dijadikan tolak ukur tentang pengaruh pendidikan terhadap nilai ekonomis, termasuk pembangunan ekonomi.

Diantara sekian banyak agenda pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu agenda penting dan strategis yang menuntut perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak. Sebab, pendidikan adalah factor penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain. Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia (human capital investment), yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa.

Banyak sekali penelitian yang menyebutkan bahwa pendidikan berkontribusi atau berpengaruh terhadap perekonomian. Hasil penelitian Puput (2014) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan dan insfrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 48,7% jumlah PDRB di suatu wilayah propinsi yang diperoleh, signifikan secara bersama-sama dipengaruhi oleh jumlah pekerjayang tamat SMTA dan propinsi panjang jalan di setiap wilayah. Selanjutnya hasil penelitian Devi menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto sebesar hamper 64%, dimana tingkat pendidikan SMA berpengaruh positif signifikan sedangkan Perguruan Tinggi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Dua penelitian ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan perekonomian, factor pendidikan juga mesti ditingkatkan.

Dalam hidup bernegara pembangunan sektor pendidikan merupakan investasi yang sangat baik. Walaupun tidak berdampak instan, tetapi sangat mempengaruhi bidang ekonomi dan bidang lainnya. Menurut Sukirno dan Devi pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Sealin itu, Todaro dan Devi mengemukakan sektor pendidikan dianggap memainkan peran utama untuk membentuk kamampuan sebuah Negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Melihat hal ini maka investasi dibidang pendidikan tentunya suatu yang sangat menguntungkan. Dengan baiknya kualitas sumber daya manusia akan bisa menjamin bidang lain menjadi lebih baik juga.

Tujuan pembangunan ekonomi (Islam) menurut Asmuni yang dikutip dari beberapa pendapat ahli adalah untuk memperbaiki tingkat pendapatan riil individu, menegakkan keadilan distribusi pendapatan dan membentuk iklim yang kondusif bagi keagungan nilai-nilai Islam dalam suatu masyarakat yang sejahtera material. Walaupun tulisannya menunjuk pada ekonomi Islam tetapi pada dasarnya sangat relevan dilakukan untuk ekonomi konvensional. Sebagai bangsa, tujuan bernegara tentunya seperti tertuang dalam mukadimah UUD 1945 dan untuk mencapai itu dibutuhkan perekonomian yang kuat. Perekonomian yang kuat ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita, adanya keadilan ekonomi dan tegaknya nilai-nilai persatuan dan kesatuan.

Membangun ekonomi menurut Yusuf dalam Asmuni harus memperhatikan nilai-nilai disiplin waktu, memelihara harta, nilai kerja, berjamaah untuk meningkatkan produksi, menetapkan konsumsi dan ilmu pengetahuan. Nilai-nilai diatas harus dijunjung tidak hanya oleh pelaku ekonomi tetapi seluruh rakyat Indonesia. Ozturk dalam Devi menyatakan bahwa pendidikan memainkan peran yang penting dalam menyelamatkan kemajuan sosial dan ekonomi dan meningkatkan distribusi pendapatan.

Dalam teori pembangunan konvensional, masalah SDM belum mendapat perhatian secara proporsional. Teori ini masih meyakini bahwa sumber pertumbuhan ekonomi itu terletak pada konsentrasi modal fisik (physical capital) yang di investasikan dalam suatu proses produksi seperti pabrik dan alat-alat seperti produksi. Modal fisik termasuk pula pembangunan infrastruktur seperti trasportasi, komunikasi, dan irigasi untuk mempermudah proses transaksi ekonomi. Namun, belakangan terjadi pergeseran teori pembangunan, bahwa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi justru factor modal manusia (human capital) yang bertumpu pada pendidikan. Pendidikan mempunyai niali ekonomi yang demikian tinggi.

Pergeseran teori ini terjadi bersamaan dengan pergeseran paradigm pembangunan, yang semula bertumpu pada ekuatan sumber daya alam (natural resource based), kemudian berubah menjadi bertumpu kepada kekuatan sumber daya manusia (human resource based) atau lazim pula disebut knowledge based economy. Pergeseran paradigm ini makin menegaskan, betapa aspek SDM bernilai sangat strategis dalam pembangunan.

Dalam teori pembangunan kontemporer dikemukakan, bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan pembangunan ekonomi; ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara. Karena itu, investasi di bidang pembangunan SDM bernilai sangat strategis dalam jangka panjang, sebab ia memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemajuan pembangunan, termasuk untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Penegasan tentang pendidikan dapat memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi itu berdasarkan asumsi, bahwa pendidikan akan melahirkan tenaga kerja yang produktif, karena memiliki kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai. Tenaga kerja terdidik dengan kualitas yang memadai merupakan faktor determinan bagi peningkatan kapasitas produksi, sehingga memberikan stimulasi bagi pertumbuhan ekonomi. Jadi nilai ekonomi pendidikan itu terletak pada sumbangannya dalam menyediakan atau memasok tenaga-tenaga kerja terdidik, terampil, berpengetahuan, dan berkompetensi tinggi sehingga lebih produktif. Lebih dari itu, pendidikan dapat mengembangkan visi dan dan wawasan tentang kehidupan yang maju di masa depan, serta menanamkan sikap mental dan etos kerja tinggi. Kedua hal tersebut, secara psikologis, akan melahirkan energy yang dapat mendorong dan menggerakkan kerja-kerja produktif untuk mencapai kemajuan di masa depan.

Peran pelaksana pendidikan pada masyarakat tradisional dan modern dalam hubungan kehidupan ekonomi dapat dilihat dalam Tabel berikut.

Tabel 1

Pelaksanaan Pendidikan Pada Masyarakat tradisional dan Modern

Lingkungan Pendidikan
Ekonomi Tradisional
Ekonomi Modern

Keluarga
Memegang peran utama dalam menyiapkan anak agar secepat mungkin mampu melaksanakan ekonomi orang dewasa (keterampilan, mental, nilai dan sikap)
 Melakukan pengasuhan dasar
Menyerahkan pendidikan pada saat anak usia tertentu kepada sekolah
Mendorong, membantu, mengawasi anak pada sistem sekolah

Sekolah
Mempersiapkan golongan elit dengan kemampuan dasar (baca, tulis, hitung)
Menyiapkan ahli dalam berbagai bidang kehidupan

Masyarakat
Menyediakan model untuk ditiru
Menyediakan latihan magang
Menyelenggarakan upaca inisiasi
Menyelenggarakan pendidikan orang dewasa secara terorganisir
Menyediakan media komunikasi
Menyediakan arena kompetisi

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa pada dasarnya pendidikan akan selalu mewarnai sistem perekonomian. Tiga pusat pendidikan semuanya berkontribusi untuk memajukan perekonomian. Untuk memebnagun sistem perekonomian memang diperlukan kegiatan pendidikan yang berkualitas.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan beberapa hal dalam artikel ini, yaitu:

Untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu sangat dipengaruhi oleh ekonomi dan sistem perekonomian. Pendidikan yang bermutu membutuhkan pembiayaan tertentu yang hanya bisa diperoleh dengan perekonomian yang kuat.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau Negara sangat ditentukan oleh pendidikan masyarakat di daerah itu.
Pekerja terdidik cenderung lebih mampu menggerakkan roda perekonomian dibandingkan pekerja tak terdidik.

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Jurnal Al Mawarid Edisi X. 2003.

Bunyamin Maftuh dan Yadi Ruyadi. Penuntun Belajar Sosiologi. Bandung: Ganesha Exact, 1995.

Devi Budiarti dan Yoyok S. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Mojokerto. Tahun 2000-2011. Hasil Penelitian.

Didin Saripudin. Pembangunan Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Seminar ISLE. Makalah. UPI, 2008.

Khalinda Kusuma, M., Joko Widodo, Sri Wahyuni. Pengaruh Latar Belakang Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi. Jurnal UNEJ. Vol.1 No. 1 2014.

Nurtanio, Agus Purwanto, Kontribusi Pendidikan Bagi Pembangunan Ekonomi Negara. Jurnal Manajemen Pendidikan. Vol. 2. No. 2 Hal 1-7, 2006.

Puput Evira Iskarno dan Harya Kuncana, Dicky Irianto. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 2008-2012). Hasil Penelitian (2014).

Sunarti Walidun Husein. Sri Indriyani. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kabila. Hasil Penelitian.

http://edupost.id/internasional/pendidikan-indonesia-berada-di-peringkatke-57-dunia-versi-oecd/ diakses pada 25 Maret 2018.

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150513 majalah asia sekolah terbaik. Diakses pada 25 Maret 2018.

http://bei5000.com/master/2016/02/20/27-posisi-indonesia-dalam-ekonomi-dunia diakses pada 25 Maret 2018.

http://katadata.co.id/infografik/2017/01/15/ketimpangan-ekonomi-indonesia peringkat-4 diakses pada 25 Maret 2018.

http://economy-okezone.com/read/2016/01/21/320/1293770/daftar-60-negara-terbaik-dunia-indonesia-peringkat-42. diakses pada 25 Maret 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar