Kamis, 13 November 2025

MENCEGAH LAHIRNYA GENERASI KALENG

MENCEGAH LAHIRNYA

GENERASI KALENG

Jumat, 14 November 2025

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Jama'ah shalat Jum'at yang dirahmati Allah Subhana wata'ala, Puji syukur hanya bagi Allah semata, dengan segala Rahmat dan karunianya kita bisa hadir disini, diMasjid tercinta ini, untuk sama sama melaksanakan shalat Jum'at berjama'ah.

Taklupa Khotib mengingatkan kepada kita semua agar selalu istiqomah meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dan memurnikan keta'atan hanya kepada Allah.

Solawat dan salam marilah kita hantarkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Salallahu alaihiwas salam semoga pada hari pberian Syafa'at nanti, kita semua akan mendapatkannya Aamiin Allahhuma Aamiin.

Pada kesempatan hari Jum'at yang berbahagia ini, akan kita ketengahkan satu judul Khutbah yaitu:

MENCEGAH LAHIRNYA

GENERASI KALENG

Pada dasarnya kita belum terlambat untuk mencegah lahirnya generasi kaleng, siapa yang tidak tau mutu dan kualitas kaleng, jika terjatuh dia sudah cacat, jika sering kena air dia akan karat jika terbentur dia akan rusak,jika tertiup angin dia akan bergoyang jika kena topan dia akan terbang kaleng akan selalu memperlihatkan kelemahannya, kaleng tak mampu berbuat banyak, bahkan dia akan selalu menimbulkan suara brisik dan kegaduhan jika tertiup angin. Kaleng sulit diperbaiki, dia akan selalu meninggalkan bekas.

Jama'ah shalat Jum'at yang dirahmati Allah Subhana wata'ala,Rosulullah Salallahu alaihiwas salam bersabda:

تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

Artinya:

"Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan, serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya."  (HR. Ath-Thabrani).

Sudah sangat jelas disini perintahnya Rendah hati kepada guru, bukan malah melaporkan guru kepada orang tuanya, kemudian orang tuanya  mempolisikan guru tersebut selanjutnya teman temannya ikut demo mendukung sebuah kesalahan.

Apakah kita sudah merasa lebih hebat dari Khalifah, lebih hebat lagi dari presiden hingga kita para orang tua, tidak menaruh hormat kepada guru anak anak kita...? 

Telah sampai sebuah riwayat bahwa:

Harun al-Rasyid terkenal sebagai Khalifah di masa Abbasiyah, pemimpin umat Islam, yang sangat menghormati profesi guru. Beliau pernah mengundang seorang ulama hadits ternama di masanya, Abu Muawiyah al-Dharir.

Sang ulama mengisahkan: "Aku diundang Khalifah untuk membacakan hadits Rasulullah di hadapan beliau. Setiap kali aku sebut kalimat "semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Baginda Rasulullah", maka sang Khalifah meneteskan air mata yang jatuh ke lantai."

Seandainya ditahun tahun sekarang ini, masih terjadi orang tua murid melaporkan guru dari anak anaknya  kepolisi, padahal sangsi yang diberikan guru kepada muridnya bukanlah sebuah kejahatan, tapi para orang tua yang merasa tidak puas selalu saja membela mati Matian kesalahan anak anaknya, bagai mana mungkin orang tua, teman, pejabat terkait ikut membela sebuah kesalahan, padahal sangsi yang diberikan guru kepada muritnya bukanlah sebuah tindak kejahatan yang harus dilaporkan kepolisi

Boleh jadi dengan maraknya orang tua yang melaporkan guru anaknya kepolisi, menyebabkan para guru bersikap masak bodoh, yang penting mengajar kemudian habis bulan gajihan, mungkin para guru masih trauma dengan kejadian kejadian akhir akhir ini, kemungkinan besar  guru akan kehabisan cara untuk mendidik,  karna setiap dibiarkan salah, titegur salah dipukul salah diajak bicara baik baik tidak mau berubah, atau guru takut beurusan dengan hukum jika salah dalam bertindak.

Perlu kita ketahui bersama bahwa sangsi yang diberikan guru kepada muridnya baik teguran,atau skors atau pukulan ringan bagaikan  Jamu pahit yang di cekoki orang tua kepada anak anaknya yang sedang sakit karena tidak mau minum obat, guru adalah orang tua di sekolahan, sudah seharusnya para orang tua mempercayakan secara penuh kepada pihak sekolah

Sesudah membacakan hadits, Abu Muawiyah dijamu makan bersama sang Khalifah. Setelah menyantap makanan, beliau mencuci tangan tanpa menghiraukan gelas di depannya dituangkan air minum oleh seseorang.

"Wahai Abu Muawiyah, tahukah siapa yang menuangkan air ke dalam gelasmu? Beliau adalah sang Khalifah sendiri," demikian dikatakan Wazir pendamping Khalifah. Abu Muawiyah sejenak memandang wajah Khalifah. Harun al-Rasyid pun tersenyum dengan berkata: "Aku sangat memuliakan orang berilmu.

Riwayat lain menyebutkan, bahwa Harun al-Rasyid memiliki dua putra bernama al-Amin dan al-Makmun yang dididik oleh al-Kisai. Setiap selesai belajar, al-Amin dan al-Makmun bergegas menyiapkan sendal alas kaki gurunya.

Hingga suatu saat mereka berebut siapa yang memasangkan sendal ke kaki guru mereka. Mereka kemudian setuju berbagi posisi menyematkan kaki gurunya pada alas kaki yang telah mereka siapkan.

Kabar rebutan memasangkan sandal guru dua calon putra mahkota terdengar hingga ke telinga Khalifah. Harun al-Rasyid lalu mengundang al-Kisai untuk menghadap Khalifah.

Di depan Khalifah, al-Kisai diberi satu pertanyaan: "Siapa paling mulia di antara kita?" Sang ulama menjawab: "Tentu saja Khalifah, Amirul mukminin."

Mendengar jawaban itu, Harun al-Rasyid berkata: "Orang yang paling mulia di antara kita adalah yang berdiri dari tempat duduknya. Lalu pada saat dia berdiri terjadilah kegaduhan karena orang-orang memperebutkan memasangkan sandal ke kakinya hingga masing-masing menerima tugas masing-masing."

al-Kisai mengerti Khalifah murka karena calon putra mahkota berebut memasangkan sandal ke kakinya. Beliau terdiam sejenak, hingga sang Khalifah berkata kepadanya: "Kalau saja engkau melarang kedua putraku menyiapkan dan memasangkan sandalmu niscaya aku memurkaimu. Wahai orang alim, perlakuan itu layak untukmu karena kedudukan ilmumu!"

Disini bisa kita bandingkan dengan para orang tua yang melaporkan guru anaknya kepolisi, apakah mereka merasa lebih mulia dari seorang Khalifah, atau Raja atau presiden,...?

Betapa mirisnya jika hal ini terus menerus terjadi.

Jama'ah shalat Jum'at yang berbahagia, jika hal ini dibiarkan terus menerus, akhirnya para guru bersikap masa bodoh kepada muridnya, dari pada nanti urusan polisi mungkin  lebih baik  membiarkan kenakalan murid muridnya karna sudah ditegur baik baik tetap tidak berubah, dan  Al hasil  

Sepuluh tahun kedepan negri tercinta ini akan melahirkan generasi kaleng, generasi yang 

Tanpa adab, tanpa etika, tanpa moral, tanpa sopan santun, bahkan orang tuanyapun dibantah habis habisan.

Seandainya dibuat Rancangan undang undang baru, seluruh  kepolisian Republik Indonesia tidak menerima laporan orang tua murid yang berkaitan dengan sangsi yang diterapkan guru dalam Kegiatan belajar dan  mengajar Selama tidak ada unsur kejahatan atau kriminal

Dan setiap Kementrian pendidikan Kabupaten Kota menyediakan ruang khusus untuk menerima laporan orang tua murid yang berkaitan dengan sangsi Kegiatan belajar dan mengajar  selanjutnya bisa diselesaikan di kementrian pendidikan  sesuai dengan undang undang yang berlaku, namun apa bila sangsi atau tindakan guru sudah berupa kejahatan berencana tidak sesuai misi pendidikan barulah Kementrian pendidikan yang melimpahkan kasus tersebut kepihak kepolisian.

Dengan undang undang  ini,

Insya Allah para guru di negri tercinta ini lebih merasa nyaman dalam mengajar dan mendidik murid muridnya tanpa ada rasa takut dan khawatir  berurusan dengan hukum.

Allah berfirman dalam Al Qur'an:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

۞ إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا

Artinya: 

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

(An Nisa 58)

Demikianlah khutbah Jum'at kali ini, semoga kita sebagai orang tua tidak merasa lebih mulia dari seorang Khalifah dan semoga Para pemangku jabatan mau mengkaji undang undang yang lebih baik  sehingga generasi kaleng tidak jadi hadir di negri tercinta ini.

Aamiin Allahhumma Aamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Kamis, 26 Juni 2025

Tahun Baru Islam: Saatnya Hijrah, Bukan Hanya Berpindah Tahun

KHUTBAH JUM'AT UNTUK TAHUN BARU HIJRIAH

Jumat 27 JUNI 2025

Tahun Baru Islam: Saatnya Hijrah, Bukan Hanya Berpindah Tahun



الحمدُ للهِ الّذي خَلَقَ الزَّمَنَ وَجَعَلَهُ مِيزَانًا لِلْأَعْمَالِ، نَحْمَدُهُ تَعَالَى وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

. قَالَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ:

> ﴿ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ﴾ (الطلاق: 2)


Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah,


Mari kita buka khutbah ini dengan merenungi satu kenyataan: Allah sering bersumpah dalam Al-Qur'an dengan menggunakan waktu. Dan ini bukan sesuatu yang remeh. Kalau manusia bersumpah dengan nama Allah, maka Allah bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya yang agung.


Allah bersumpah:


> وَالضُّحَىٰ


"Demi waktu dhuha..." (QS. Adh-Dhuha: 1)


> وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ


"Demi malam apabila sunyi..." (QS. Adh-Dhuha: 2)


> وَالْفَجْرِ، وَلَيَالٍ عَشْرٍ


"Demi fajar dan malam-malam yang sepuluh." (QS. Al-Fajr: 1–2)


> وَالْعَصْرِ ۝ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ


"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian." (QS. Al-‘Ashr: 1–2)


Mengapa Allah bersumpah dengan waktu? Karena waktu adalah nikmat yang paling sering kita abaikan.


Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:


> نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ


“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.”

(HR. Bukhari)


Jamaah Jum’at rahimakumullah...


Pernahkah kita merenung bahwa waktu adalah pedang? Jika engkau tidak menggunakannya untuk menebas kemalasan dan kelalaian, maka ia akan menebasmu tanpa ampun. Tak ada pedang yang lebih tajam dari waktu. Sebab waktu tak bisa ditawar, tak bisa diputar balik.


Hari ini, waktu telah melangkah. Kita telah masuk ke dalam tahun baru Islam: 1 Muharram.


Sayangnya, banyak dari kita yang begitu antusias merayakan tahun baru Masehi: ada pesta, kembang api, countdown, dan acara besar. Tapi ketika tahun baru Hijriyah, kita diam. Hati ini terasa hambar. Padahal ini adalah momen sakral dalam sejarah umat Islam. Ini bukan sekadar angka kalender—ini adalah makna perjuangan.


Kenapa disebut tahun baru Hijriyah? Karena ia merujuk pada peristiwa agung: hijrahnya Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah.


Itulah momen transisi dari penindasan menuju kebebasan, dari gelap menuju cahaya, dari ketakutan menuju kekuatan.


Hijrah bukan sekadar berpindah tempat. Tapi berpindah keadaan. Dari yang jauh dari Allah, menjadi dekat. Dari yang lalai, menjadi sadar. Dari yang tenggelam dalam dosa, menuju cahaya taubat.


Allahu Akbar...


Jamaah Jum’at rahimakumullah...


Tahun baru ini bukan untuk dirayakan dengan pesta. Tapi untuk kita jadikan momen muhasabah.


Coba tanya diri kita:


Sudah berapa banyak umur yang kita habiskan tanpa tujuan?


Sudah berapa waktu kita yang berlalu hanya untuk scroll HP, nonton hiburan, dan sibuk dunia?


Berapa kali kita menunda taubat?


Berapa banyak azan berkumandang tapi kita masih diam di depan layar?


Allahu Akbar...


Waktu itu tak menunggu. Ia berjalan tak peduli kita sedang sadar atau lalai.


> قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ۝ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ


"Allah berfirman: 'Berapa tahun lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari.'"

(QS. Al-Mu’minun: 112–113)


Di akhirat nanti, waktu dunia yang kita habiskan terasa cuma seperti sehari, bahkan setengah hari saja...


Maka hari ini, hijrahlah. Mari kita hijrah, bukan dengan pindah kota, tapi dengan pindah hati. Pindah dari hidup yang sia-sia menuju hidup yang penuh makna.


> وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا


"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami."

(QS. Al-‘Ankabut: 69)


Jamaah Jum'at yang dimuliakan Allah...


Jadikan 1 Muharram ini sebagai titik balik. Bukan sekadar kalender baru, tapi semangat baru, hijrah baru, dan niat baru untuk memperbaiki diri. Jangan tunda berubah sampai ajal menjemput.


Semoga Allah menerima hijrah kita, menerima taubat kita, dan menjadikan sisa umur kita lebih berkah dari yang telah berlalu.


اَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


KHUTBAH II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ 


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Senin, 28 April 2025

Pemuda yang Dinaungi Allah di Padang Mahsyar

 


Khutbah Jumat: Pemuda yang Dinaungi Allah di Padang Mahsyar

Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه، اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ.


Ma’âsayairal hâdlirîn, hafidhakumullâh, 


Di hari yang mulia, pada Jumat yang dijuluki sebagai sayyidul ayyam (rajanya hari) ini, marilah kita bersyukur atas nikmat tak terhitung dari Allah yang telah dilimpahkan kepada kita terutama nikmat iman dan kesehatan.


Melalui mimbar ini pula, kami ingin mengajak dan berwasiat khususnya kepada diri saya pribadi, marilah kita tingkatkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ dengan cara menjaga dan melaksanakan semua perintah dan pada saat yang sama kita tinggalkan aneka macam larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.


Hanya dengan cara inilah insyaallah kita akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak, amin.


Hadlirin hafidhakumullâh,


Pada suatu ketika nanti, manusia akan menghadapi suasana yang sangat mencekam dan menakuntukan. Di saat itu, manusia dikumpulkan di padang mahsyar kelak pada hari kiamat. Jarak antara matahari dan manusia sangat dekat. Sehingga yang dirasakan adalah kepanasan luar biasa. Air keringat mereka bercucuran mengalir, tidak hanya membasahi sekujur tubuh, namun bisa sampai membanjiri tubuh masing-masing sesuai dengan amal masing-masing saat hidup di dunia. Ada yang membanjiri seseorang setinggi mata kaki. tapi tidak sedikit juga yang sampai menenggelamakaan mereka. Hal tersebut dikarenakan amal kejelekan yang dilakukan ketika hidup di dunia.


Pada situasi demikian, ada beberapa golongan yang memperoleh perlindungan dari Allah subhânahû wa ta’âlâ dari keadaan yang menakuntukan tersebut. Siapa mereka?


Tidak lain adalah mereka yang disabdakan oleh Rasulullah shallallâhu alaihi wa sallam:


سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللّٰهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلَّا ظِلُّهُ: اِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ الِلّٰهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ اِذَا خَرَجَ مِنْهُ حَتَى يَعُوْدَ، وَرَجُلَاِن تَحَابَّا فِي الِلّٰهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَافْتَرَقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللّٰهَ فِيْ خَلْوَةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ اِمْرَأَةٌ ذَات َمَنْصَبٍ وَجَمَالٍ اِلَى نَفْسِهَا فَقَالَ اِنِّي اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهَ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ.  (رواه الشيخان) ـ


Artinya: “Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di dalam naungan Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah subhânahû wa ta’âlâ, yaitu:



Pemimpin yang adil

Pemuda yang tumbuh dalam beribadah atau mengabdi kepada Allah.

Seseorang yang hatinya tergantung di dalam masjid ketika ia berada di luar masjid hingga ia kembali lagi ke masjid.   

Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Berkumpul dan berpisah karena Allah.

Seseorang yang berdzikir atau ingat Allah dalam kesunyian lalu kedua matanya mengalirkan air mata.

Seorang laki-laki yang digoda oleh perempuan berkedudukan tinggi, berlimpah harta dan cantik jelita, lalu laki-laki itu menjawab, “Sesunguhnya aku takut kepada Allah.”.

Seseorang yang merahasiakan amalnya, sehingga seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.



Hadirin hafidhakumullâh,


Dengan keterbatasan waktu khutbah ini, kami tidak akan menguraikan satu persatu tentang tujuh golongan di atas. Kami hanya ingin sedikit fokus kepada golongan ketiga saja, yakni:


شَابٌّ نَشَأَ فِيْ عِبَادَةِ الِلّٰهِ


“Golongan pemuda yang hidupnya tumbuh dan berkembang untuk selalu beribadah, mengabdikan dirinya kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ.”


Jamaah Jumat yang berbahagia, 


Di hari kiamat kelak, Allah akan memberikan apresiasi yang besar kepada para pemuda yang tekun beribadah. Kenapa? Karena banyak pemuda biasanya memang selalu  cenderung rawan menjauh dari  hal-hal positif yang bersifat mengabdi atau beribadah kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ. Tidak sedikit daori mereka mengabdi atau mengikuti kesenangan hawa nafsunya sendiri.


Hadirin,


Menjadi pemuda rajin beribadah yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah subhânahû wa ta’âlâ tentu tidak mudah. Perlu tekad yang kuat dan didasari dengan keimanan yang kokoh kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ. Sehingga beribadahnya menjadi lifestyle atau hobi, yaitu kesenangan yang pada gilirannya merasa menjadi kebutuhan.


Jika seorang hamba dalam pengabdiannya kepada Allah merasa sebagai kebutuhan, maka kebutuhan hidupnya di dunia akan dipenuhi oleh Allah 'azza wa jalla.


Sebagaimana Allah telah berfirman:


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى الِلّٰهِ رِزْقُهَا


Artinya: “Dan tidaklah ada makhluk yang melata di atas bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya.”


Hadirin yang berbahagia, 


Pemuda yang hidupnya tumbuh untuk beribadah sekaligus juga mempunyai kewajiban menjadi pemuda yang berakhlak mulia, rendah hati, tidak sombong, sabar, tidak serampangan, tidak mudah tersulut kemarahannya, jujur, tidak suka bohong, bisa dipercaya, tidak khianat, rajin, tidak menjadi pemuda yang pemalas, suka menolong, tidak individualis, peduli pada lingkungannya, dermawan, suka memaafkan, tidak pendendam, menghormati dan menghargai orang lain, tidak suka menghina serta sikap-sikap terpuji lainnya.


Dengan demikian, jika ada pemuda ahli ibadah dan kehidupan kesehariannya bagus, Allah akan memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya. Ketika ia mati, kelak pada saat orang sedunia dikumpulkan menjadi satu dari generasi Nabi Adam hingga orang yang lahir besok saat mendekati kiamat, semua berkumpul dalam hiruk-pikuk yang agung. Pada saat tidak ada naungan sama sekali. Semua merasakan panas yang sangat terik. Pemuda yang ahli ibadah tadi mempunyai prioritas dari Allah. Ia akan mendapatkan naungan, sehingga ia tidak kepanasan. Pemuda itu adalah pemuda yang rajin beribadah dan sudah barang tentu sikap dan perilakunya baik terhadap sesama.


Mudah-mudahan Allah subhânahû wa ta’âlâ senantiasa membimbing kita termasuk didalam tujuh golongan tadi, yang kelak kita akan mendapatkan naungan dan perlindungan Allah di padang mahsyar kelak. Semoga Allah menjauhkan lingkungan kita dari pemuda yang suka mabuk-mabukan, suka berjudi, mencuri, berpacaran membawa wanita bukan mahramnya ke sana-ke mari, semoga Allah menjauhkan mental remaja kita yang bobrok, semoga diselamatkan mereka, dientaskan menjadi remaja yang dekat kepada Allah, dekat kepada masjid, takwa kepada Allah subhânahû wa ta’âlâ, amin.


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِالِلّٰهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ


Khutbah II


الحمد لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَاللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللّٰهُـمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللّٰهُـمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُـمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَ الِلّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ الِلّٰهِ أَكْبَرْ

Minggu, 19 Mei 2024

Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh

 -BAB ADAB-

Akibat Mencaci Maki Ahli Zuriat Rosululloh



Di dalam kitab “Makrifatu Muhammad” saya mendapati sebuah kisah menarik tentang kisah nyata yang dikisahkan oleh para ulama.

Terkisahlah pada zaman dahulu ada seorang ulama yang memiliki kharisma, berilmu luas, serta memiliki murid yang banyak. Namun, sayangnya dibalik jubah keulamaannya, dia tidak memiliki kebersihan hati, sehingga tidak mampu membedakan kemuliaan ahli bait Rosulillah.

Pada saat yang sama di kawasan tempat tinggal ulama itu terdapat seorang Habib zuriat Rosululloh yang senang berbuat maksiat, mabuk-mabukkan, serta berjudi. Si ulama yang sedemikian tidak menyenangi keturunan para Habaib itu semakin menjadi-jadi kebenciannya.

Dalam setiap kesempatan ceramah maupun bertemu dengan siapa pun si ulama besar itu selalu mencela dan memaki si habib yang senang mengerjakan maksiat itu. Sang Ulama mengajak dan menyerukan para murid-muridnya untuk membenci dan menjauhi Habib tersebut.

Sampai pada suatu malam, sang Ulama bermimpi bertemu dengan baginda Rosululloh al-Musthofa Datuk semua Habaib ( Para Habib) dan Syaroif ( Para Syarif ). 

Dalam mimpinya memang diyakini beliau adalah Rosululloh. Dikuatkan dengan suara, “Inilah Rosululloh yang mulia!”.

Namun sayang seribu kali sayang, mimpi mulia yang seharusnya menjadi anugerah terbesar dan idaman semua orang yang beriman justru menjadi sebuah mimpi buruk bagi sang ulama yang berbuah kekecewaan dan kesedihan. 

Apa pasalnya?

Dalam mimpi itu baginda Rosululloh Shollallohu alaihi wassalam tidak berkenan menampakkan wajah mulianya. Baginda berpaling punggung. Sang Ulama pun bermohon dalam mimpinya, “Wahai Rosulillah yang mulia, mohon kiranya saya diperkenankan untuk menatap wajah mulia engkau wahai Rosululloh! Berilah syafaat padaku” pintanya. 

Lantas apa jawaban Rosululloh dalam mimpi tersebut.

“Wahai fulan! Bagaimana mungkin aku memperlihatkan wajahku padamu, sedangkan engkau tak mengenali anak cucuku? Bagaimana mungkin aku menatapmu, sedangkan engkau memalingkan wajahmu dari menatap anak cucuku? Bagaimana mungkin aku memberimu syafa'at, sedangkan engkau memusuhi anak cucuku dan engkau mengajak orang lain untuk membenci dan menjauhi anak cucuku?!”

Demi mendengar jawaban itu, Sang Ulama menangis sejadi-jadinya, hingga ia terbangun dari tidurnya. 

Keesokan harinya, sang ulama tersebut bergegas mencari seorang Habib yang sering dicapnya sebagai ahli maksiat. Namun, habib yang dicari tidak didapati keberadaannya di tempat ia biasa berada. 

Sang Habib seperti menghilang di telan bumi.

Berselang beberapa minggu kemudian, tepatnya 40 hari, semenjak peristiwa mimpi itu, sang ulama mendengar kabar bahwa habib itu meninggal dunia di sebuah masjid dalam keadaan bersujud. Si habib terah bertaubat atas bimbingan kakeknya, Rosululloh al-Musthofa Shollallohu alaihi wasallam. Masya Alloh Tabarokalloh.

Tinggal si ulama itu dengan penuh penyesalan.

Akhir dari kisah itu, Alloh cabut keberkahan ilmu dari ulama itu. Murid-muidnya satu persatu berhenti dari majlis pengajiannya. Sang ulama terfitnah dan dipenjarakan. Dan akhir dari perjalanan hidupanya Sang Ulama PEMBENCI HABAIB meninggal dalam keadaan SU’UL KHOTIMAH ( AKHIR YANG BURUK ).

Qishoh ini bukan sebuah LEGITIMASI dan PEMBENARAN bahwa para Ahli Bait Rosulilloh boleh melakukan kemaksiatan serta melanggar hukum ketentuan Alloh. Bukan sama sekali!

Namun, kisah ini mengajarkan kepada kita tentang SEBUAH PENGAJARAN ADAB DAN AKHLAQ UNTUK MEMULIAKAN AHLUL BAIT NABI (DZURIYYAH ROSULULLOH S.A.W). 

Sebab 

KEBERKAHAN ILMU

KEBERKAHAN AMAL SHOLEH

KEBERKAHAN SYAFA'AT 

tidak akan diperoleh, melainkan dari KECINTAAN DAN KEREDHOAN BAGINDA ROSULULLOH S.A.W.

Salah satu jalan mencapai keridhoan tersebut adalah MENCINTAI dan MENGHORMATI AHLI BAIT DZURIYYAH ROSULILLAH MUHAMMAD SHOLALLOHU ALAIHI WA SALLAM. 

Syaikhuna Al-Alimul al-Allamah Syekh Zaini Abdul Ghani Martapura Kalimantan Selatan beliau mengatakan, “Seseorang masih terhalang memperoleh kecintaan Rosululloh, selama masih ada permasalahan dengan ahli bait Rosululloh.”

Para Habaib, para Syarif, para

Syarifah bukanlah manusia suci yang terbebas dari dosa dan kemaksiatan. Mereka sama seperti kita. Namun membedakan antara mereka dengan kita, di dalam aliran darah dan daging mereka mengalir darah daging (DZATIYYAH) manusia teragung dan termulia, Rosululloh al-Musthofa.

Biarlah soal dosa dan kesalahan yang mereka lakukan menjadi urusan mereka dengan Alloh dan kakeknya. Tugas kita mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk hidayah.

Oleh karena itulah, ADAB dan SIKAP terbaik kita ketika menemui mereka yang melakukan maksiat, janganlah kita ikut-ikutan memusuhi dan membenci mereka. Buru-buru memvonis mereka, menjauhi mereka.

Jangan sampai mencela dan memaki mereka. Apalagi memfitnah dan mempolitisasi mereka atas dasar dugaan yang belum pasti hingga menginginkan mereka celaka atau masuk penjara.

Hukum tetaplah hukum yang tetap dijunjung tinggi, baik hukum syariat maupun hukum konstitusi. Biarkan para pakar ahli hukum dan pihak pengadilan yang berwenang memutuskan bersalah atau tidaknya.

Sikap terbaik kita adalah mendoakan jika mereka memang benar bersalah agar Alloh segera mengampuni dan memberikan hidayah.

Dan jika mereka berada di jalan yang benar, semoga Alloh melindungi mereka atas KEJAHATAN & MAKAR DARI ORANG-ORANG YANG MEMBENCI MEREKA PARA HABAIB. Hal ini kita lakukan semata-mata ATAS DASAR KECINTAAN kita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wassalam.

Sekali lagi, sikap ini bukan pengkultusan terhadap AHLU BAIT keturunannya, namun sebuah sikap adab cara menghormati dan memuliakan Rosululloh shollallohu alaihi wasallam.

Bukankah Rosululloh tidak pernah meminta apapun dari perjuangan beliau, melainkan agar kita umatnya menyayangi dan memuliakan anak cucu keturunannya yang pada hakikatnya mencintai kakeknya baginda Rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Dan jelas di dalam al-Qur’an secara eksplisit Alloh menyebutkan keutamaan para ahli bait Rosulillah serta menyucikan mereka.

Dan bagi zuriat Rosulillah, alangkah bagusnya menjadi figur yang mengajarkan kecintaan kepada Alloh dan Rosululloh. 

Jika mereka mengamalkan kebaikan, maka mereka akan memperoleh pahala dan keutamaan berganda lipat. Sebaliknya jika dengan posisi mereka sebagai ahli bait Rosululloh mengerjakan kemaksiatan tentu dosanya juga berkali lipat. 

Alloh Maha Adil.

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kecintaan Rosululloh serta menjadi bagian orang yang mencintai ahli keluarga zuriat beliau bukankah di setiap sholat ketika bersholawat kepada Rosululloh dan kepada ahli zuriat Aali Muhammad shollallohu alaihi wassalam. 

Semoga bermanfaat. 

Wallohu ‘alam

Sabtu, 20 Januari 2024

TAK ADA JABATAN YG KEKAL & TAK PERLU DIBELA MATI-MATIAN

 KISAH PANGLIMA PERANG YANG DIPECAT KARENA TAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN

Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus." Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"

"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah.

"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"

"Kamu tidak punya kesalahan."

"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"

"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."

"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''.

''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!"

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"

Bayangkan …. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat penting saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu? Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, semua digugat.....bahkan hingga yang paling ekstrim.... Tuhan pun digugat..

Kembali ke Khalid bin Walid, hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."

************************************************

Sebuah cuplikan kisah yang sangat indah dari seorang Jenderal, panglima perang, ''Pedang Allah yg Terhunus''.



TAK ADA JABATAN YG KEKAL & TAK PERLU DIBELA MATI-MATIAN

Jendral Kholid bin Walid, sosok panglima perang terbaik zaman Rasulillah hingga Khulafaurrosyidin. Ratusan perang yg Beliau pimpin tak pernah sekalipun kalah.  

Di tengah medan laga, Beliau menerima surat pemecatan dari Amirul Mukminin Umar Bin Khottob. Bukan karena kesalahan, namun karena Amirul Mukminin khawatir jika prestasi spektakuler militer Beliau justru akan menjadi lahan subur bagi benih-benih kesombongan. Setelah dipecat, Sang Eks-Panglima ini justru berterimakasih dan memeluk Amirul Mukminin, lalu kembali ke medan perang sebagai prajurit.

Minggu, 21 Mei 2023

Benarkah Istri Tidak Wajib Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga?

 


Benarkah Istri Tidak Wajib Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga?

Belakangan saya sempat dibikin terheran-heran dengan cerita rumah tangga sejumlah kawan yang notabene adalah para aktivis dakwah. Ada keresahan di antara mereka soal hak dan kewajiban suami-istri. Para suami merasa khawatir melanggar syariat, sementara para istri merasa selama ini mereka ‘dikerjain’ oleh para suami dalam urusan rumah tangga.

Tema yang membuat mereka resah adalah; siapa sebenarnya yang bertanggung jawab dalam urusan rumah tangga seperti memasak, menyiapkan makanan-minuman, mencuci pakaian dan menyeterikanya? Suamikah atau istri?

Berawal dari beberapa kajian soal ini, juga beredar sejumlah artikel di dunia maya – yang seperti biasa menjadi efek viral kemana-mana – beberapa muslimah berpikir kalau selama ini para suami salah kaprah memahami kewajiban mengurus rumah tangga. Bahwa mencuci, menyetrika, memasak, dll. Sesungguhnya bukan kewajiban istri, tapi kewajiban suami. Dalil yang menjadi acuan adalah firman Allah SWT.:

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. (TQS. Al-Baqarah: 233).

Di dunia maya juga beredar sejumlah tulisan — sebagian dibuat oleh para asatidz rahimakumullah – yang merangkum hak dan kewajiban perempuan dalam pernikahan. Singkat kalam, dalam tulisan itu dicantumkan bahwa para ulama salaf ash-sholeh memahami bahwa para istri tidak wajib sama sekali untuk memasak, mencuci, menyetrika dan sejumlah pekerjaan domestik lainnya.

Dalam sejumlah tulisan itu disebutkan bahwa kewajiban seorang istri adalah sekedar istimta’, yaitu memberikan pemenuhan kebutuhan biologis kepada suami. Lainnya tidak. Hal itu memang masyhur dalam sejumlah kitab lintas Madzhab Fikih.

Para pengikut Madzhab Hanbali misalnya berpendapat bahwa tidak ada kewajiban bagi seorang istri untuk pekerjaan domestik semisal membuat adonan, membuat roti, atau memasak. Pendapat senada juga datang dari para pengikut Madzhab Imam Syafi’i seperti yang tertuang dalam kitab al-Majmu’ (juz 16 halaman 427, edisi Maktabah Syamilah).

Menurut mereka, bila para istri berkhidmat pada suaminya dalam pekerjaan-pekerjaan di atas itu adalah amal terpuji (al-akhlaq al-mardliyyah), bukan sebagai kewajiban.

Meski demikian tidak semua ulama berpendapat serupa. Abu Tsaur[i] berpendapat sebaliknya. Beliau Menyatakan bahwa wajib bagi seorang istri membantu atau berkhidmat pada suaminya dalam segala hal (yang ma’ruf – penulis). Beliau mengutip sebuah hadits yang dicantumkan Imam Ibnu Habib[ii] dalam kitab al-Wadhihah, yakni:

إنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَكَمَ عَلَى فَاطِمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِخِدْمَةِ الْبَيْتِ كُلِّهَا

Sesungguhnya Nabi SAW. memutuskan atas Fatimah – semoga Allah meridloinya – membantu urusan rumah seluruhnya

Ulama lain yang berpendapat serupa adalah ‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa seorang istri memang wajib mengerjakan tugas-tugas domestik. Beliau mendasari pendapatnya pada keputusan Nabi SAW. terhadap rumah tangga Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib ra.:

فَإِنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَضَى عَلَى ابْنَتِهِ فَاطِمَةَ بِخِدْمَةِ الْبَيْتِ ، وَعَلِيٍّ مَا كَانَ خَارِجًا مِنْ الْبَيْتِ مِنْ عَمَلٍ

Sesungguhnya Nabi SAW. menetapkan terhadap anak perempuannya, Fatimah, mengerjakan pekerjaan di rumah, sedangkan kepada Ali bin Abi Thalib pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di luar rumah. (Musnad Ibnu Abi Syaibah).

Hadits di atas diperkuat dengan hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa suatu ketika Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra sama-sama mengeluhkan pekerjaan mereka masing-masing kepada Rasulullah SAW. Ali bercerita kalau pekerjaannya mengambil air (dari luar rumah) yang membuat dadanya terasa sakit. Sedangkan Fatimah mengadukan keletihannya menggiling tepung yang membuat tangannya melepuh. Namun Rasulullah SAW. membiarkan hal itu dan justru mengajarkan kepada mereka berdua wirid dan zikir yang akan membuat mereka dicintai dan dimuliakan Allah SWT.

Sikap Rasulullah saw. yang membiarkan pekerjaan Ali di luar rumah dan Fatimah di dalam rumah, menunjukkan penetapan Beliau bahwa demikianlah aktifitas suami dan istri dalam Islam. Seorang suami memang harus bekerja mendatangkan apa yang dibutuhkan istri dari luar rumah seperti membawakan air dan bahan makanan, sedangkan istri bekerja di sektor domestik/dalam rumah seperti menggiling tepung, memasak, dsb.

Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Barriy[iii] menyebutkan, “Melaksanakan pekerjaan di rumah adalah wajib bagi seorang wanita meskipun sang istri memiliki kedudukan terpandang dan kemuliaan jika sang suami kesulitan (mendatangkan pembantu).” Berkata Ibnu Hajar, “Demikianlah Nabi saw. menetapkan Fatimah melakukan pekerjaan di rumah, sedangkan Ali melaksanakan pekerjaan di luar rumah.”

Selain itu, Rasulullah saw. juga sering meminta kepada istri-istri beliau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di sektor domestik alias di rumah tangga, seperti meminta air minum, makanan, dsb.

يَا عَائِشَةُ اسْقِينَا ، يَا عَائِشَةُ أَطْعِمِينَا ، يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الشَّفْرَةَ ، وَاشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ

Wahai Aisyah tolong ambilkan minum, wahai Aisyah tolong ambilkan kami makanan, wahai Aisyah ambilkan kami pisau dan asahlah dengan batu! (HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban).

‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah juga berpendapat bahwa bagi istri, adalah wajib melayani suami di rumah sekaligus mengurus rumah sesuai kemampuannya. Jika pekerjaan rumah tangga mendatangkan kesusahan bagi istri, maka suami wajib membantu untuk meringankannya. Misalnya memberikan mesin cuci atau menyewa pembantu rumah tangga untuk meringankan tugas istri di rumah.

Sebaliknya, jika pekerjaan di dalam rumah ringan dan mampu dikerjakan istri maka tidak ada kewajiban bagi suami untuk mendatangkan pembantu. Bahkan sang istri wajib untuk melaksanakan hal itu. Hal ini berdasarkan apa yang diputuskan oleh Nabi SAW. untuk Fatimah, putrinya.

Syaikh Taqiyuddin juga menyebutkan bahwa seorang istri wajib melayani suami seperti membuat adonan roti, memasak, membersihkan rumah, menyediakan minuman jika suami meminta. Sebaliknya suami wajib menyediakan apa saja yang harus dilakukan di luar rumah seperti membuang sampah, menyediakan kayu bakar atau gas LPG, bahan makanan dari pasar, dsb.

Rasulullah saw. juga mengingatkan para wanita agar mereka mandiri dalam melakukan pekerjaan rumah dan sekali-kali tidak merepotkan suaminya bila mereka sendiri mampu melakukan hal itu. Sabda Nabi SAW.:

لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِىَ لاَ تَسْتَغْنِى عَنْهُ

Allah SWT. tidak akan memandang kepada perempuan yang tidak berterima kasih kepada suaminya dan dia tidak berupaya mengerjakan sendiri tanpa merepotkan suaminya (HR. Bayhaqiy)

Menurut kami, inilah pendapat yang rajih (kuat), karena nash-nash syara’ di atas telah menunjukkan pembagian tugas suami dan istri dalam sebuah pernikahan. Demikian pula kehidupan rumah tangga para sahabat di masa Rasulullah saw. pun berlangsung seperti itu. Para sahabiyyah berkhidmat pada suaminya dan menyiapkan berbagai keperluan rumah tangga untuk mereka. Mereka menggiling tepung, memasak roti dan mencucikan pakaian suami mereka. Dan Rasulullah saw. membiarkan dan mengakui hal itu. Seandainya pekerjaan tersebut bukanlah kewajiban kaum wanita niscaya Rasulullah akan membatalkan aktivitas-aktivitas tersebut.

Selain itu seandainya suami memerintahkan istri untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga semisal memasak, mencuci, menyapu, dll., maka wajib bagi istri untuk mengerjakannya. Karena ketaatan pada suami dan mengakui serta mengerjakan hak-hak suami adalah amal yang agung bagi seorang perempuan dalam rumah tangga. Sabda Nabi SAW.:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا لِمَا عَظَّمَ اللَّهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَيْهَا

Seandainya aku diperintahkan untuk menyuruh seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya, karena Allah telah menjadikan besar hak suami atas istrinya (HR. Abu Daud).

Akhirul kalam, meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan berbagai madzhab, namun kami melihat pendapat yang rajih, yang lebih kuat, adalah menetapkan pembagian tugas pria dan wanita seperti ketetapan Nabi saw. kepada Ali dan Fatimah. Para lelaki bertugas dalam pekerjaan di luar rumah, sedangkan kaum wanita bertanggungjawab dalam pekerjaan-pekerjaan domestik.

Inilah ladang amal soleh yang wajib mereka kerjakan. Hal ini bukanlah ‘urf atau adat, melainkan ketetapan yang datang dari nash syara’. Karenanya tak ada alasan bagi seorang perempuan menolak mengerjakan tugas-tugas domestik, dengan alasan hal itu adalah urf, apalagi berdalih itu tidak termasuk tugas seorang istri. Andaikan benar demikian, niscaya Rasulullah SAW. akan membela keluhan putrinya sendiri. Tapi faktanya Beliau justru membiarkan aktifitas itu tetap berlangsung dan malah mengajarinya wirid dan zikir.


Menelantarkan tugas-tugas rumah tangga adalah kemaksiatan di sisi Allah SWT. karena termasuk melalaikan kewajiban. Maka seorang istri harus berusaha sekuat tenaga mengerjakan tugas-tugas rumah tangga sebaik-baiknya, sehingga rumah tangganya menjadi tempat berkumpul yang menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya. Lebih dari itu, amal dalam rumah tangga adalah amal agung yang dapat menyamai jihad fi sabilillah yang dilakukan kaum pria. Wallahualam.


Catatan kaki:

[i] Nama aslinya adalah Ibrahim bin Khalid bin Abi Aliman al-Kalbi al-Baghdadiy (beliau wafat pada tahum 240 Hijriyah).

[ii] Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Habib bin Sulaiman As-Salami, salah seorang murid Imam Malik dan mengarang sejumlah kitab di antaranya kitab fiqih bertitel al-Wadhihah.

[iii] Juz 15 hal. 222, versi Maktabah Syamilah

#Copas

Kamis, 29 Desember 2022

EVALUASI DAN INSTROSPEKSI AKHIR TAHUN

 “EVALUASI DAN INSTROSPEKSI AKHIR TAHUN”



بِسْمِ اللهِ وَبـِحَمْدِهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


اَلْحَمْدُ ِللهِ وَكَفٰى، وَسَلاَمٌ عَلٰى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفٰى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.


اَللهُمّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فىِ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


اَللّٰهُمَّ اَصْلِحْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَفَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَارْحَمْ اُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَانْشُرْ وَاحْفَظْ نـَهْضَةَ الْوَطَنِ فِى الْعَالَمِيْنَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Kaum muslimin sidang jamaah jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.


Puji dan syukur Alhamdulillah marilah kita sampaikan kehadirat Allah Robbul’izzati, pada kesempatan jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu shalat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di hari kiamat mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.


Kaum muslimin sidang jamaah jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.


Alhamdulillah dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita bisa melewati tahun 2022 dan dua hari lagi in sya Allah kita akan memasuki tahun baru 2023. Semoga Allah memanjangkan umur kita, menyehatkan badan kita dan menguatkan perjalanan hidup kita sehingga mampu menghadapi tahun baru yang akan datang.


Tentu dalam perjalanan satu tahun pada tahun 2022 ini, banyak hal-hal baik yang telah kita lakukan. Bahkan mendapatkan berbagai macam anugerah, prestasi dan penghargaan yang membanggakan dari orang-orang di sekitar kita. Semua pencapaian baik ini hendaknya kita banyak mengucapkan syukur alhamdulillahirobbilalamin atas anugerah nikmat yang Allah berikan selama ini. Tentu di samping kita banyak mendapatkan pencapaian-pencapaian yang positif dan luar biasa, tapi di sisi lain banyak juga kekurangan, keteledoran, kesalahan dan dosa yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak.


Melalui mimbar khutbah Jumat yang mulia ini, khotib mengajak kepada para jamaah sekalian. Marilah kita mengingat-ingat apa saja kekurangan, keteledoran, kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan, sebagai evaluasi dan introspeksi diri agar semua itu dapat kita perbaiki menghadapi tahun baru 2023 nanti.


Bila ada kekurangan dalam sisi ibadah seperti salat yang kurang khusyuk, membaca Al Quran yang kurang semangat, berdzikir yang kurang serius, puasa sunah yang belum terlaksana dan amalan-amalan lainnya masih banyak kekurangannya. Maka memasuki tahun baru 2023 nanti, marilah kita memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut, sehingga tidak terjadi lagi.


Bila ada keteladoran pada Tahun 2022 ini dalam hal kedisiplinan melakukan tugas dan kewajiban penting di dunia ini seperti tugas mencari nafkah, tugas membantu kepada sesama, tugas peduli terhadap lingkungan, tugas membina keluarga dan lain sebagainya. Maka mari memasuki tahun baru 2023 nanti semua keteledoran tersebut dapat kita kurangi bahkan kita hilangkan, sehingga tugas dan kewajiban tersebut dapat terlaksana dengan baik, maksimal dan sempurna.


Bila ada kesalahan dalam tahun 2022 ini seperti kesalahan dalam berbicara, kesalahan dalam bertindak, kesalahan dalam memutuskan, kesalahan dalam berkomunikasi, kesalahan dalam berinteraksi dan kesalahan-kesalahan lainnya. Maka memasuki tahun 2023 nanti kita benar-benar berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut sehingga tidak terulang kembali.


Bila ada dosa yang kita lakukan pada tahun 2022 ini seperti dosa pernah berbohong, dosa pernah berbuat zalim, dosa pernah durhaka kepada orang tua, dosa pernah berghibah, memfitnah dan hasad, dosa pernah menyakiti dengan kata-kata yang kotor, dosa pernah merekayasa sesuatu sehingga dianggap benar padahal penuh dengan tipu daya dan dosa-dosa lainnya pernah kita lakukan. Maka memasuki tahun baru 2023 nanti kita benar-benar bertaubat mohon ampun kepada Allah dengan banyak membaca istighfar dan memohon maaf bila ada orang-orang yang pernah kita sakiti. Kemudian berjanji sepenuh hati semua dosa-dosa itu tidak akan terulang kembali.


Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia rahimakumullah


Inilah kita sebagai manusia biasa, tentu banyak sekali berbuat hal-hal yang tidak pantas, Karena itulah watak manusia dimanapun pasti pernah berbuat salah, pasti pernah berbuat teledor dan pasti pernah berbuat dosa. Demikianlah nabi menyatakan dalam sabdanya agar kita selalu waspada dan berhati-hati menghadapi kehidupan di dunia ini yang penuh dengan pengaruh-pengaruh negatif dan jebakan-jabakan setan untuk menggelincirkan umat manusia agar terperosok ke dalam jurang api neraka yang sangat dalam.


عَنْ أَنَسِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ


Dari Anas radiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap manusia pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertobat.’” (HR. At Tirmidzi no 2499)


Dalam Al Qur’anpun menjelaskan ketika kita berbuat kesalahan dan dosa yang termasuk ke dalam kategori kejahatan yang sangat fatal, tetapi manakala kita bertaubat dengan segera, maka saat itu Allah pun akan menerima taubat kita. Hal ini dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 17;


إنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا


Artinya : “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah 4:17)


Oleh karena itu janganlah kita berputus asa dan berkecil hati bilamana selama perjalanan hidup kita tahun 2022 ini, terlanjur banyak berbuat salah dan dosa,. Bilamana kita bertaubat maka pintu taubat itu terbuka selebar-lebarnya sebelum Allah mencabut nyawa kita hingga sampai di tenggorokan. Dan Allah juga akan menerima taubat kita sebelum matahari terbit dari sebelah barat. Harapan dan doa kita semoga semua dosa yang pernah kita lakukan, benar-benar Allah ampuni dan memasuki tahun baru 2023 nanti adalah tahun yang penuh dengan keinsafan, kebaikan, keberkahan dan Ridha dari Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiin yaa mujiibassaailiin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


KHUTBAH KEDUA


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:


فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى, إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الـْمُقَرَّبِيْنَ, وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىٰ ىيَوْمِ الدِّيْنِ, وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلـمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ


اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلـمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ


اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ


رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ